Pariwisata Thailand Menghadapi Penurunan 7% Meskipun Ada Pemulihan yang Kuat

Sektor pariwisata Thailand turun 7% pada tahun 2025 meskipun ada pemulihan awal. Masalah keamanan, pergeseran kebijakan, dan persaingan regional membebani pertumbuhan.

Pariwisata Thailand Menghadapi Penurunan 7% Meskipun Ada Pemulihan yang Kuat featured image

Momentum di awal tahun 2025

Pada awal tahun 2025, lanskap pariwisata Thailand mengalami pertumbuhan yang signifikan. Secara khusus, negara ini menerima lebih dari 20 juta kedatangan wisatawan asing hingga tanggal 15 Agustus. Khususnya, pendapatan pariwisata juga mencapai hampir THB 938 miliar, yang memicu ekspektasi positif di antara pihak berwenang.

Selain itu, kebijakan visa baru dan nominasi warisan budaya UNESCO yang baru saja diberlakukan di Thailand semakin meningkatkan daya tariknya. Sementara itu, kampanye budaya seperti “Amazing Thailand Grand Tourism & Sports Year 2025” semakin memicu momentum.

Secara keseluruhan, inisiatif-inisiatif ini telah mengukuhkan posisi Thailand sebagai tujuan wisata global teratas.

Kedatangan Wisatawan Thailand Turun

Sayangnya, angka-angka pariwisata yang baru menyoroti perlambatan yang mengkhawatirkan. Menurut badan perencanaan negara Thailand, kedatangan wisatawan asing turun 7,04% dari tahun ke tahun dari 1 Januari hingga 17 Agustus. Secara khusus, total kedatangan mencapai 20,81 juta selama periode tersebut.

Akibatnya, pemerintah merevisi proyeksi setahun penuh menjadi 33 juta pengunjung. Proyeksi ini jauh lebih rendah dari target 37 juta pengunjung sebelumnya dan rekor sebelum pandemi tahun 2019 yang mencapai hampir 40 juta pengunjung.

Keamanan Perbatasan dan Pariwisata

Ketegangan perbatasan telah memainkan peran penting dalam penurunan ini. Misalnya, darurat militer dan keamanan yang meningkat masih terjadi di beberapa provinsi di bagian timur dan timur laut. Oleh karena itu, Otoritas Pariwisata Thailand mengeluarkan anjuran untuk berhati-hati bagi para pelancong di daerah-daerah tersebut.

Tidak mengherankan, persepsi keamanan sering kali membentuk pilihan destinasi. Oleh karena itu, laporan ketidakstabilan membuat beberapa wisatawan enggan bepergian. Meski begitu, daerah-daerah populer seperti Bangkok, Chiang Mai, dan Phuket tetap beroperasi secara normal.

Pergeseran Kebijakan Pariwisata Menambah Gesekan

Pada saat yang sama, perubahan kebijakan baru mungkin memiliki kedatangan yang rumit.

Secara khusus, Thailand memperkenalkan kembali pemeriksaan bukti dana awal tahun ini. Negara ini juga meluncurkan formulir kedatangan TDAC digital pada Mei 2025. Selain itu, perdebatan mengenai jangka waktu bebas visa yang lebih pendek menciptakan ketidakpastian.

Sebaliknya, negara tetangga Vietnam memperluas program bebas visa masuknya. Secara keseluruhan, lanskap pariwisata yang kompetitif ini telah memengaruhi preferensi perjalanan regional. Khususnya, wisatawan dapat memilih tujuan yang lebih mudah ketika menghadapi rintangan masuk tambahan.

Perpindahan Bebas Visa ke Vietnam

Namun demikian, Thailand masih tetap menjadi pusat wisata. Namun, perluasan visa Vietnam dan kampanye promosi Malaysia telah menarik perhatian. Secara umum, persaingan untuk mendapatkan wisatawan regional semakin tajam.

Namun, daya tarik Thailand tidak dapat disangkal dan masih sama kuatnya, terlepas dari perkembangan terkini.

“Thailand tidak perlu meniru kebijakan visa negara lain untuk menarik wisatawan,” kata seorang analis pariwisata yang berbicara kepada Pattaya Mail. “Keindahan alam, budaya, dan kenyamanan kami sudah menjadi nilai jual utama yang terus menarik wisatawan internasional dari tahun ke tahun.”

Prospek Pariwisata

Secara keseluruhan, para pejabat menekankan bahwa destinasi utama tetap aman dan terbuka. Selain itu, Kementerian Pariwisata menegaskan bahwa tindakan yang diambil hanya menyasar zona perbatasan yang terbatas. Pihak berwenang juga mengupayakan pengakuan warisan UNESCO untuk Wat Arun dan situs-situs lainnya.

Langkah-langkah ini bertujuan untuk meningkatkan merek budaya jangka panjang Thailand. Sementara itu, maskapai penerbangan dan hotel terus menawarkan promosi menjelang puncak liburan. Hasilnya, para pejabat memperkirakan akan terjadi rebound pada tahun 2025. Sejalan dengan itu, operator pariwisata tetap optimis dengan hati-hati.

Kesimpulan

Industri pariwisata Thailand melonjak di awal tahun ini. Namun, penurunan di pertengahan tahun sebesar 7% kini menjadi tantangan bagi momentum pertumbuhan.

Masalah keamanan, perubahan kebijakan, dan persaingan regional juga berperan. Namun demikian, aset budaya yang kuat, penawaran warisan, dan permintaan akhir tahun dapat membantu mengimbangi kerugian.

Apakah Thailand akan kembali ke titik tertinggi sebelum pandemi akan bergantung pada kejelasan kebijakan dan kepercayaan wisatawan.

Foto oleh Ainur Iman pada Unsplash

Artikel Terkait